DETAIL BERITA
Martapura - Perawat asal Martapura Kalimantan Selatan (Kalsel), Rusman Abdillah, yang berusia 31 tahun itu, kini mengabdikan diri sebagai suka relawan tenaga medis di Wisma Atlet Kemayoran. Di mana lokasi tersebut, sekarang dijadikan rumah sakit darurat sekaligus tempat isolasi pasien Virus Corona (Covid-19).
Omen, sapaan akrabnya. Ia merupakan alumnus D3 Akper Intan Martapura angkatan tahun 2009 yang sekarang berubah status menjadi STIKES Intan Martapura. Omen tak sendirian, dia juga ditemani Indra Saputra yang juga merupakan Alumnus D3 Akper Intan angkatan 2013. Terhitung, sejak tanggal 10 April 2020 dirinya mulai bertugas di Wisma Atlet Kemayoran. Dengan masa kontrak, selama 30 hari kerja dan 14 hari karantina.
Alasannya ke Wisma Atlet, kini akhirnya terungkap. Faktanya, bukan karena paksaan. Melainkan, tergeraknya dari diri sendiri karena sering melihat bahkan mengikuti perkembangan informasi kasus virus menular itu di Jakarta. Di mana semakin hari, semakin parah terpapar.
“Melalui link Kemenkes bukan instansi, saya mendaftar menjadi tenaga suka relawan tenaga medis. Tujuannya, membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sebagai seorang perawat, kami harus mematuhi sumpah profesi perawat. Kami menjalankan tugas kemanusiaan, kalau bukan dari kita siapa lagi,” tuturnya, saat dihubungi melalui whatsapp.
Meski sudah tahu resiko apa yang akan dihadapi ke depan, Omen sama sekali tidak merasa takut. Selain berpegang pada standar operasional prosedur (SOP) penanganan kasus Covid-19, ia meyakini kekuatan doa kepada Allah SWT dan dukungan dari oragtua merupakan hal yang paling penting.
Perjalanannya ke Wisma Atlet, tidak langsung mulus begitu saja. Saat itu, usai mendaftar di Kemenkes dirinya mesti melewati beberapa tahapan tes seperti berkas dan medikal check up (MCU).
Jika nanti Covid-19 masih terus mewabah, dan kasus belum selesai. Omen mengaku siap, untuk membantu melanjutkan tugas meski masa kontrak yang sudah ditetapkan telah habis.
“Masa kontrak itu, tergantung dari kami sendiri. Kalau saya sendiri, harus sampai tuntas wabah Covid-19 ini. Pastinya, saya akan ikuti karantina disini setelah selesai penugasaan fase pertama,” ungkapnya.
Berbagai pengalaman di Wisma Atlet, selama menangani pasien Covid-19 menurutnya hampir sama mengenai pelayanan di rumah sakit pada umumnya. Hanya saja, karena pasien tersebut bersifat isolasi sehingga para tenaga medis diharuskan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
“Memakai APD, membutuhkan kesabaran yang ekstra. Sebab, memakai masker pun juga dapat mengurangi oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Masker yang kami pakai 2 lapis, ada masker bedah dan maskers N 95. Alhamdulillah, sesak nafas selama ini nggak pernah,” tuturnya.
“Menurutnya, meski harus berpikir positif bukan berarti harus gegabah. Ikuti SOP yang berlaku, dan yakin bisa melewati masa sulit ini. Bahkan, hingga kini ia tak pantang menyerah dan tak ada sempat berpikir ingin pulang ke kampung halaman. Padahal, dirinya mengetahui sendiri diantara tenaga medis seperjuangannya ada yang tertular virus itu.
Berhadapan dengan pasien Covid-19, tidak membuatnya panik. Dia selalu santai dan enjoy serta happy menjalani tugasnya sebagai relawan, disisi lain, ada yang menilai karena uang dan bayaran. Kendati demikian, omen tak memperdulikan hal itu, karena menjadi relawan menurutnya berawal dari panggilan jiwa. Satu hal yang membuatnya bersemangat adalah senyuman pasien dan pasien pulang dalam keadaan sembuh.
Menanggapi hal tersebut Ketua STIKES Intan Martapura, Zubaidah merasa Bangga memiliki alumnus pada perguruang tinggi yang ia pimpin menjadi pejuang kemanusiaan khususnya dalam penanganan kasus Covid-19 yang sedang mewabah
“Tentunya kami sangat bangga, alumnus Akper Intan Martapura atau STIKES Intan Martapura menjadi perawat garda terdepan Covid-19 yang begitu sungguh-sungguh dan gigih berjuang demi menyelamatkan nyawa banyak orang,” Ujar Zubaidah
Informasi disampaikan oleh : Humas STIKES Intan Martapura
Disunting dan Diedit oleh : Humas LLDIKTI Wilayah XI