DETAIL BERITA
Tanaman Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota Genus Capcium. Tanaman Cabai ini akan tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, andosal tanah merah yang banyak mengandung bahan organik, dan tingkat kelembaban tanah yang sesuai 60-80 persen (lembab).
Tanaman Cabai membutuhkan suhu 180 C - 300 C agar dapat tumbuh secara optimal. Tanaman Cabai mengandung 80-90 persen air, sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk mendukung keberhasilan proses budi daya.
Saat ini masih banyak petani yang melakukan penyiraman secara manual, sehingga berdampak pada jumlah intensitas air yang diserap oleh Tanaman Cabai. Penyiraman Tanaman Cabai yang berlebihan menyebabkan kelembaban tinggi pada daerah perakaran sehingga dapat merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri yang berakibat pada kematian dan kurangnya efisiensi penggunaan air.
Sebagai implementasi atas ilmu yang diperoleh selama menempuh perkuliahan pada Prodi Teknik Informatika, Adi Setyawan merancang sebuah perangkat yang mampu melakukan penyiraman secara otomatis pada Tanaman Cabai, dengan didukung oleh metode Fuzzy Logic, untuk menentukan efisiensi penyiraman air.
“Penalaran Fuzzy Logic menyediakan cara untuk memahami kerja sistem dengan cara menilai input dan output sistem dari hasil pengamatan. Hasil penelitian ini, tentunya siap untuk diproduksi sebagai wujud implementasi kompetensi mahasiswa terhadap ilmu yang telah diperoleh. Perangkat Otomatis Penyiraman Tanaman Cabai ini juga sudah kami lakukan uji coba langsung kepada petani cabai, dan hasilnya cukup memuaskan”, jelas Adi, panggilan Adi Setyawan, yang merupakan salah satu mahasiswa Kampus BIRU (nama lain dari STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati) yang murah senyum.
Di tempat terpisah, Hadriansa, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing Adi Setyawan juga menuturkan bahwa perangkat elektonika berupa mikrokontroler sudah dirancang dengan maksimal dan dapat dipastikanbekerja dengan baik. Hal ini dibuktikan bahwa alat ini terdiri atas 3 (tiga) sensor yaitu sensor pendeteksi suhu, udara, dan kelembaban tanah.
“Kedepannya, saya berharap agar perangkat serupa dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi dengan memperhitungkan alat dan biaya yang digunakan”, ungkap Ansar, panggilan Bapak Hadriansa, yang juga menjabat sebagi Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI).
Adi Setyawan telah membuktikan hasil penelitian ini dihadapan 3 (tiga) orang dosen penguji. Salah satu dosen penguji yang merupakan dosen penguji utama saat ini adalah Haryansyah, M.Kom, yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Informatika Kampus BIRU. Menyatakan aplikasi serta alatnya bekerja dengan baik hingga dinyatakan lulus dan dapat mengikuti wisuda pada tanggal 26 Oktober 2019.
“Dari sekian banyak skripsi yang saya uji di tahun 2019 ini, saya memastikan ini adalah yang terbaik. Material dan alat yang digunakan selama penelitian dan akhirnya selesai, merupakan alat yang mudah diperoleh dengan harga terjangkau dan ramah lingkungan, tetapi hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat membantu para petani”, ungkap Ary, Panggilan Bapak Haryansyah.
“Terima Kasih dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada yayasan, seluruh pembimbing STMIK PPKIA, dosen, staf dan asisten dosen atas ilmu yang telah diberikan kepada kami selama perkuliahan. Tidak hanya itu, soft skill kami juga terbentuk dengan baik selama menjalani perkuliahan. Tantangan saat ini adalah digitalisasi, termasuk mendukung program pemerintah kota, yaitu Smart City, sehingga soft skill dan hard skill merupakan perpaduan yang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa” Ungkap Adi dengan bangga.